“Anda suka banyak bicara, lebih baik jadi
penyiar saja”. Pernyataan inilah yang sering terdengar dari orang-orang ketika
melihat seseorang yang suka berbicara. Apakah benar untuk menjadi seorang
penyiar hanya membutuhkan sekedar “banyak bicara” ?.
Memang
tidak salah kalau kita menyebut keahlian berbicara sebagai modal, tetapi diluar
itu ada banyak hal teknis yang harus diperhatikan, karena penyiar memegang
peranan penting dalam mewujudkan ‘theater of mind’ yang menjadi ciri khas
radio.
Beberapa
hal teknis yang harus diperhatikan jika ingin menjalani karir sebagai penyiar radio
antara lain :
1.
Artikulasi yang jelas
2.
Pernapasan yang baik
3.
Mengerti musik, hal ini berhubungan
dengan bagaimana Anda menyesuaikan dengan tempo lagu
4.
Mood, penyiar tidak boleh terdengar
murung atau tidak bersemangat
5.
Pengetahuan yang luas
6.
Tidak boleh cacat huruf (Cadel)
Bagaimana
melatih hal itu?
Ada
beberapa cara untuk melatih kemampuan menjadi seorang penyiar :
1.
Olahraga
Teratur
Olahraga secara teratur akan berdampak pada stabilnya
pernafasan Anda. Pernafasan yang baik tentunya akan membuat kekuatan suara Anda
menjadi stabil saat siaran.
2.
Lion Face
Lion face
adalah istilah untuk senam wajah sebelum siaran. Kerutkan wajah Anda
sedalam-dalamnya, dan buka lebar-lebar. Ini akan membuat Anda menjadi lebih
relax dan santai saat siaran.
3.
Senam
Rahang
Setiap pagi, latihlah mulut Anda dengan mengucapkan
A-I-U-E-O. Hal ini supaya rahang Anda terbuka dengan baik dan terhindar dari
‘poping’ (suara “pep” yang menyembur saat berbicara di microphone.
4.
Berbicara
di Atas Lagu.
Suka mendengarkan musik? Mulai sekarang belajarlah
memperhatikan durasi intro sebuah lagu dan mulailah berbicara di atas intro
lagu. Tapi ingat, gunakan kalimat yang efektif dan jangan sampai saat sang
penyanyi mulai menyanyikan lirik lagu kamu masih berbicara, hal itu sangat
haram hukumnya bagi penyiar. Berbicara di atas lagu juga bisa membantu
menyesuaikan tempo berbicara Anda dengan tempo lagu.
Jenjang
Karir?
Siapa
bilang penyiar radio tidak memiliki prospek karir . Seorang penyiar radio yang baik bisa memiliki jenjang
karir yang bagus juga loh. Selepas menjadi penyiar radio, mungkin saja Anda
bisa menjadi produser radio, presenter tv, dubber dengan tarif
jutaan rupiah per satu kali produksi, atau mungkin seorang penyanyi.
Tiga Daya Tarik Radio
Daya tarik radio adalah hal yang
menarik dari radio sehingga radio didengarkan oleh masyarakat. Menurut romeltea.com, minimal ada
tiga hal yang menjadi alasan pendengar mendengarkan sebuah radio. Jika salah
satunya tidak ada, maka radio itu tidak akan didengarkan alias dicuekin!
Tiga daya tarik radio menurut blog romeltea itu adalah:
1. Lagu
2. Penyiar
3. Informasi
Dari tigal alasan mendengarkan radio itu, salah satunya harus bagus. Kalau ketiganya bagus, mantap banget! Kalau jelek semuanya.........? Habislah riwayat radio itu. Bagaimana tidak bangkrut, kalo lagu jelek, penyiar jelek (siarannya jelek maksudnya), dan informasinya juga tidak aktual dan tidak menarik?
Tiga daya tarik radio menurut blog romeltea itu adalah:
1. Lagu
2. Penyiar
3. Informasi
Dari tigal alasan mendengarkan radio itu, salah satunya harus bagus. Kalau ketiganya bagus, mantap banget! Kalau jelek semuanya.........? Habislah riwayat radio itu. Bagaimana tidak bangkrut, kalo lagu jelek, penyiar jelek (siarannya jelek maksudnya), dan informasinya juga tidak aktual dan tidak menarik?
LAGU
Mendengarkan lagu adalah alasan utama mayoritas pendengar menyalakan radio mereka. Lagu memang identik dengan radio. Radio identik dengan musik. Radio gudangnya lagu. Jadi, kalo masyarakat ingin dengerin lagu, ya pastinya setel radio selain memutar lagu sendiri di HP atau di Komputernya (pasti hasil bajakan atau download ilegal tuh, wkwkwk....!)
Jadi, radio harus memutarkan lagu
yang enak, lagu hits, jika ingin didengarkan radio.
PENYIAR
Kalau lagunya jelek, baik jelek karena kualitas audio maupun memang "gak enakeun", maka penyiarnya harus bagus, artinya gaya siarannya harus menarik, memikat, memukai, mengesankan, bikin gemes dan gregetan pendengar!
Penyiar yang baik harus bersuara baik, teknik vokal baik, teknik pernapasan baik, dan bersikap baik juga --istilahnya "on air attitude"-nya harus OK! Ramah, friendly, hangat, bersahabat, ceria, de el el.
INFORMASI
Kalau lagu jelek, penyiar juga jelek siarannya, maka minimal informasinya bagus deh! Aktual! Penting! Coba aja, kalau ada acara penting, lalu tidak disiarkan TV, tapi disiarkan radio, maka pastinya radio itu didengarkan banyak orang! Gak ada pilihan 'kan?
Pendengar juga butuh informasi, butuh menambah wawasan, makanya orang radio juga harus berwawasan dan bisa menyebarkan informasi, baik berupa acara khusus berita, maupun berita di sela-sela siaran, misalnya "News Insert" atau ada "Breaking News" gitu deh.
Radio Tools - Peralatan Siaran Radio (Konvensional)
MENGENALI alat-alat
siaran radio (Radio Tools) merupakan bagian dari dasar-dasar siaran radio yang
harus dipahami setiap penyiar atau reporter radio. Radio Tools adalah
"logistik perang" atau "alutsista"-nya broadcaster.
Peralatan siaran radio terpopuler
adalah mikrofon (mike). Coba saja ketik "announcer" di Google, lalu
klik "Gambar/Images", maka bermunculannya gambar-gambar orang plus
mike.
Gambaran alat siaran radio di
ruang siaran juga bisa dengan cepat diintip lewat Google. Ketik aja
"penyiar", klik "Images/Gambar", maka akan bermunculan
penyiar in action (on air) di ruang siaran, plus kelengkapan siaran
di ruangan itu.
Tentu, yang dimaksud radio tools
di sini adalah perangkat siaran radio konvensional, bukan radio online atau
radio internet yang "cuma" butuh komputer, headset (mike plus
earphone), dan koneksi internet.
Radio
Tools di Ruang Siaran (Tempat Penyiar Bertugas)
1. Komputer
1. Komputer
2.
Mixer/Radio Console
4.
Microphone
5.
Headphone
6.
Power Amplifier
7.
Telephone Hybrid
Peralatan Ruang Produksi (Tempat Produser dan Staf Produksi Bekerja)
1. Komputer
2.
Microphone
3.
Mixer/Radio Console
4.
Microphone
5.
Headphone
6.
Power Amplifier
Lho....?
Sama ya kayak ruangan siaran? Iya, bedanya cuma "Telepon Hybrid" aja
karena ruang produksi 'kan gak nerima telepon dari pendengar. Nah, jika ruang
siaran lagi "trouble", maka ruang produksi bisa digunakan sebagai
ruang siaran.
Peralatan
Pemancar (Luar Ruang Siaran)
1. Pemancar
2. Audio Prossesor
3. Antenna
4. Power Divider
5. Cable Coax
6. Connector Plange
1. Pemancar
2. Audio Prossesor
3. Antenna
4. Power Divider
5. Cable Coax
6. Connector Plange
7.
Tower
Radio
Software
Selain
“perangkat keras” (hardware) di atas, ada juga “perangkat lunak” (software)
berupa program atau aplikasi komputer untuk proses produksi --seperti merekam
dan audio editing-- serta ”memainkan” file-file lagu, iklan, atau lainnya yang
harus ”diputar” di ruang siaran.
Software
program ini antara lain:
1.
Sound Forge
2.
Adobe Audition
3.
Music Match Jukebox
4.
Megamix Radio
5.
Broadcasting Automatic System (BAS)
6.
Jet Audio
7.
Real Player
8.
WinAmp
Itu
dia Radio Tools - Peralatan Siaran Radio (Konvensional) yang dibagi dalam dua
bagian: hardware dan software. Wasalam (www.romelteamedia.com).*
Tips Menjadi Penyiar Radio
Profesional
"Menjadi
Penyiar Radio Itu Asyik Lho!" Saya gambarkan keasyikan dan
"kebahagiaan" sebagai penyiar, mulai dari ekspresi diri, menghibur
pendengar, berbagi info, hingga "mengeritik pemerintah".
Modal utama penyiar adalah SUARA EMAS (Golden Voice).
Radio adalah suara. Modal penyiarnya juga suara merdu, asyik, plus "heboh" saat membawakan acara agar menghibur pendengar.
Namun, suara merdu saja tidak cukup. Penyiar juga mesti berwawasan luas agar "omongannya berisi", berbobot, tidak "kering makna", serta mampu menampilkan "on air attitude" yang sesuai dengan format program dan kode etik kepenyiaran radio.
Penyiar radio juga "wajib" suka musik. Ia harus memiliki "sense of music" yang tinggi. Soalnya, tugas penyiar bukan hanya mutar lagu-lagu, tapi juga mesti paham tentang jenis musik, alat musik, dan artisnya. Dengan begitu, sebelum dan/atau sesudah memutar lagu, ia tidak cuma nyebutin judul lagi dan penyanyi.
Modal utama penyiar adalah SUARA EMAS (Golden Voice).
Radio adalah suara. Modal penyiarnya juga suara merdu, asyik, plus "heboh" saat membawakan acara agar menghibur pendengar.
Namun, suara merdu saja tidak cukup. Penyiar juga mesti berwawasan luas agar "omongannya berisi", berbobot, tidak "kering makna", serta mampu menampilkan "on air attitude" yang sesuai dengan format program dan kode etik kepenyiaran radio.
Penyiar radio juga "wajib" suka musik. Ia harus memiliki "sense of music" yang tinggi. Soalnya, tugas penyiar bukan hanya mutar lagu-lagu, tapi juga mesti paham tentang jenis musik, alat musik, dan artisnya. Dengan begitu, sebelum dan/atau sesudah memutar lagu, ia tidak cuma nyebutin judul lagi dan penyanyi.
Karena penyiar juga seorang "penghibur" (entertainer), maka seorang penyiar radio profesional harus humoris, memiliki "sense of humor" yang memadai, punya bakat menghibur. Tentu, humornya yang "berkelas".
Kiat Menjadi Penyiar Yang Baik.
Dalam
dunia siaran, khususnya radio, diperlukan beberapa pengetahuan atau trik yang
lebih simpel dan praktis agar si penyiar bisa disenangi oleh pendengarnya dan
bisa berkomunikasi dengan baik, sehingga format dan program acara tersebut
sesuai dengan segmen radio tersebut. Bagi sebagian orang, profesi yang satu ini
dinilai sangat menyenangkan. Namun siapa sangka, untuk menjadi seorang penyiar
radio atau TV, tidak cukup jika hanya bermodalkan
suara yang bagus saja. Wah.. kesannya jadi seorang penyiar susahnya minta
ampun. Padahal pada dasarnya, tidak ada yang mudah jika kemauan tidak diimbangi
dengan kemampuan, dan tidak ada yang susah jika ada niat dan usaha.
Dibawah
ini adalah beberapa kiat praktis atau cara menjadi penyiar radio yang handal :
1.
Lancar berbicara dan tidak
terbata-bata di dalam mengucapkan kata kata. di dalam dunia radio yang dijual
oleh media tersebut adalah suara dan gaya bicara seorang penyiar yang lancar
dalam berbicara dan mempunyai gaya bicara serta intonasi yang baik.
2.
Bisa merangkai kata-kata menjadi
kalimat menarik. kata dan kalimat merupakan hal utama yang harus diperhatikan
oleh seorang penyiar, karena hal tersebut merupakan kunci utama membawa
berhasil dan tidaknya seorang penyiar di dalam membawakan salah satu mata acara
di radio tersebut.
3.
Selalu meningkatkan wawasan dan ilmu
pengetahuan dalam bidang apa pun dengan cara rajin membaca buku agar bertambah
pengetahuannya. kadang kadang seorang penyiar diibaratkan sebagai manusia super
yang tahu segalanya dalam berbagai bidang sehingga perkataan penyiar selalu di
dengarkan oleh pendengar.
4.
Punya rasa percaya diri. Seorang
penyiar harus mempunyai rasa percaya diri yang cukup tinggi untuk berbicara di
depan mik dan membawakan salah satu program acara di radio tersebut.
5.
Bisa dan belajar membuat naskah
siaran. naskah siaran merupakan modal awal yang harus dikuasai dan dipahami
oleh seorang penyiar, dikarenakan inti dari siaran itu ada di dalam naskah
siaran. Seorang penyiar yang mampu menguasai membuat naskah siaran dengan baik,
maka dia akan menjadi penyiar yang baik dan disenangi oleh para
pendengarnya.
6.
Selalu belajar dan berlatih teknik
dan cara siaran yang baik dan benar. Teknik siaran merupakan bagian yang harus
dikuasi seorang penyiar agar ketika siaran tidak terkesan monoton dan
menjemukan, sehingga si pendengar bisa menikmati gaya dan teknik siaran yang
sangat variatif dan enak untuk didengar.
7.
Rajin mengolah vokal suara. Suara
merupakan modal utama bagi seorang penyiar, karena semua radio menjual suara
seorang penyiar untuk menarik iklan yang merupakan sumber pendapatan bagi radio
itu sendiri, juga seorang penyiar yang bagus akan banyak diminati oleh
pendengar radio tersebut. tentunya harus mempunyai teknik vokal yang bisa
dipelajari seperti ; cara menarik nafas, cara mengeluarkan nafas, dan cara
menahan napas.
Modal utama yang perlu dimiliki seorang penyiar radio :
1.
Suara : Tentu
saja, suara menjadi modal utama seorang penyiar radio. Namun suara yang bagus
bukan berarti memiliki suara layaknya seorang penyanyi. Suara seorang penyiar
radio adalah suara yang berkarakter (memiliki warna suara yang khas, artikulasi
yang jelas dan intonasi yang terkontrol) serta original (meski memiliki
panutan, namun menjadi diri sendiri itu lebih penting). Nah, karakter suara
inilah yang akan berpengaruh pada imajinasi para pendengar.
2.
Kemampuan (capability)
: Seorang penyiar dituntut untuk cerdas, karena ia harus mampu menyampaikan
informasi dengan baik, benar dan menarik kepada pendengar. Untuk hal yang satu
ini, seorang penyiar harus mampu mengendalikan emosi dan perasaannya, memiliki
sense of humor serta mengembangkan feather of mind; yang artinya mengandalkan
kekuatan audio untuk memvisualisasikan suatu keadaan. Untuk menunjang
kemampuannya, seorang penyiar dituntut untuk berwawasan luas dan terus
mengikuti perkembangan informasi.
3.
Keterampilan (skill)
: Berbicara yang baik, benar dan menarik tentu adalah hal yang gampang-gampang
susah. Tidak mengherankan jika keterampilan utama seorang penyiar adalah
keterampilan ‘ngomong’. Namun, seorang penyiar tidak hanya bertugas untuk
berbicara saja, tetapi juga mengoperasikan perangkat siar (mic, mixer dan
computer). Karena itulah, kemampuan yang dimaksud tidak hanya kemampuan
berbicara atau menyampaikan informasi pada pendengar, tapi kemampuan dalam
berbagai hal yang berkaitan dengan dunia penyiaran.
4.
Sikap (attitude)
: Untuk beberapa radio, attitude atau sikap ternyata menjadi poin terpenting
kedua setelah memiliki suara yang bagus. Seorang penyiar (meski di radio lokal
sekalipun), telah menjadi public figure yang secara tidak langsung menjadi
panutan banyak orang. Karena itulah, ‘sikap‘ turut menjadi modal terpenting
seorang penyiar. Selain itu, profesi ini membutuhkan pribadi-pribadi yang mampu
bekerja sama dalam tim.
5.
Menguasai
Bahasa Jurnalistik Tutur : Hal-hal
yang perlu diperhatikan oleh jurnalis tutur (reporter, presenter berita,
atau anchor) dalam menggunakan bahasa jurnalistik tutur:
1.
Artikulasi
: Pengucapan kata-kata, frase dan
kalimat serta istilah khusus harus jelas, tegas, benar dan akurat.
2.
Intonasi: Nada pengucapan, naik turunnya lagu kalimat atau langgam
nada kalimat harus tepat. Sehingga penjiwaan dalam bertutur akan terdengar
cukup baik. Intonasi yang keliru dapat membuat pemaknaan dan penafsiran kalimat
jadi keliru. Seorang jurnalis tutur harus berusaha agar pendengar (radio) dan
pemirsa (televisi) tidak salah dalam menafsirkan tuturan lantaran intonasi yang
tidak tepat.
3.
Aksentuasi: Penekanan atau penegasan terhadap kata atau kalimat yang
biasanya akan berpengaruh terhadap maksud atau makna kalimat.
4.
Speed: Cepat lambatnya pengucapan kalimat. Terlalu cepat akan
membuat artikulasi tidak jelas dan intonasi tidak bermain. Speed yang terlalu
lambat akan membuat pendengar atau pemirsa bosan dan tidak menarik dari segi kemasan berita
atau informasi yang akan disampaikan.
5.
Pemenggalan
kata tau kalimat: Pemengelan kata tau kalimat harus
tepat dan cermat. Pemenggalan (phrasering) yang salah akan terdengar
aneh dan lucu serta bisa menyesatkan pendengar atau pemirsa.
6.
Menguasai
kosa kata : Seorang jurnalis tutur harus
mengikuti perkembangan perkosakataan. Menguasai kosa kata dengan baik, berarti
acara atau program yang sedang kita presentasikan akan lebih menarik, dinamis
dan tidak monoton. Penguasaan kosa kata juga termasuk menguasai kosa kata
kontemporer dan kosa kata khusus yang hanya dikuasai oleh kalangan tertentu,
seperti praktisi perbankan, pasar uang, pasar modal, seniman, politikus,
militer, kedokteran, sampai kalangan anak muda (bahasa gaul).
7.
Hindari
salah ucap atau salah sebut :
Salah ucap atau salah sebut akan mempengaruhi kredibililitas kita di mata
publik (pendengar atau pemirsa). Salah ucap biasanya terjadi pada penyebutan
istilah-istilah asing dari Bahasa inggris, Perancis, Jerman atau Bahasa Latin.
8.
Hindari
pengucapan, bunyi atau suara yang tidak perlu : Contohnya: “e..e..e', 'ehm..ehm..', 'apa namanya', 'apa',
dan 'ini'. Bisanya muncul pada saat wawancara dengan narasumber atau pendengar.
9.
Spoken
reading : Seorang jurnalis tutur harus mampu
menyampaikan suatu teks kaliamat, baik itu lead berita, informasi dari
pendengar, lead wawancara atau berita yang dikutip dari media lain tidak
seperti membaca, tetapi seperti bertutur sapa secara natural dengan pendengar
atau pemirsa.
10.
Menguasai
pemilihan kata (diksi) : Seorang
jurnalis tutur harus mampu memilih dan memilah kata-kata mana yang tepat
digunakan sesuai dengan konteks dan situasi dan mana yang tidak boleh
digunakan. Kita harus mengerti dan mengetahui mana bahasa yang standar atau
baku dan mana yang tabu atau tidak.
11.
Memiliki
kemampuan bahasa yang baik :
Bahasa adalah hal yang paling mendasar dalam jurnalistik tutur. Oleh sebab itu
seorang jurnalis tutur harus mengetahui ilmu kebahasaan, sekalipun hanya pada
batas-batas yang sederhana dan umum seperti mengetahui kosa kata, ihwal kata
dan imbuhannya, ejaan, tata kalimat, tata alenia dan pilihan serta pilahan kata
dan kalimat. Sehingga memiliki kemampuan yang memadai paling tidak untuk
membuat atau memperbaiki lead berita yang
jelek.
12.
Ramah,
santun dan berempati : Seorang jurnalis tutur ketika
berinteraksi dengan narasumber, pendengar atau pemirsa sebaiknya santun dan
ramah. Gunakanlah bahasa dan intonasi yang tidak kasar. Kritis bukan berarti
menggabaikan keramahan dan kesopanan. Disinilah diperlukan kepiawaian seorang
jurnalis tutur untuk mengemas untuk mengemas kata dan kalimat menjadi
pertanyaan yang kritis, tetapi dengan penyampaian yang ramah dan sopan,
sehingga narasumber akan merasa nyaman. Jika narasumber sudah merasa nyaman,
maka informasi yang ingin diketahui publik akan udah digali.
13.
Mampu
mengendalikan emosi. : Seorang
jurnalis tutur mutlak harus dapat mengendalikan emosi ketika berada ditengah
pendengar atau pemirsa. Kita harus pintar bermain sandiwara, meskipun pada saat
yang sama kita sedang tidak mood, stres, marah, kesal, jenuh dan tidak
dalam kondisi fisik yang prima. Seorang jurnalis tutur harus pandai
menyembunyikan perasaan-perasaan tersebut ketika siaran di radio atau
mempresentasikan berita di televisi sehingga tidak terlihat dan tergambar oleh
pendengar atau pemirsa. Intinya seorang jurnalis tutur harus selalu memiliki
semangat untuk tersenyum. Pikirkan saja hal-hal yang menyenangkan sebelum kita
hadir ditengah pendengar atau pemirsa, mendengarkan musik atau bersenda gurau
dengan rekan kerja.
14.
Kemampuan
mendengar yang baik. : Seorang
penyiar mutlak memiliki kemampuan mendengar dan menyimak apa yang disampaikan
oleh orang yang berinteraksi dengannya, baik itu pendengar atau narasumber.
Ketidakmampuan untuk mendengar dan menyimak hanya membuat kesan anchor,
reporter atau presenter tidak cerdas, tidak tanggap dan telmi (telat
mikir). Kita harus mampu secara cepat menangkap dan merespon maksud yang
disampaikan lawan bicara kita, sehingga kita dengan mudah mengajukan kembali
pertanyaan berikutnya dengan pertanyaan yang pas dan cerdas.
15.
Vitalitas : Seorang jurnalis tutur dituntut untuk tampil prima,
dinamis dan bersemangat. Kalau sedang merasa sakit, jengkel dan marah jangan
sampai tercermin dari suara yang kita keluarkan.
Gaya Bicara di Radio: Roosevelt
Style
RADIO is conversational. Radio itu obrolan. Maka, gaya biciara di radio harus
bergaya ngobrol, layaknya dua orang teman sedang ngobrol. Bagaimana Gaya Bicara
Radio Franklin Delano Roosevelt? Ini catatannya.
Radio is personal. Radio itu media yang bersifat pribadi. Karenanya, bicara di radio menggunakan gaya komunikasi antarpribadi, interpersonal communication, menghindari gaya bicara formal.
Bicara di radio termasuk Public Speaking. Hanya pendengarnya tidak tampak di depan mata, invisibel.
Lagi pula, audiens harus diasumsikan satu orang, hanya satu pendengar, dan dipandang sebagai teman baik sehingga gaya bicara kita pun akan akrab, hangat, dan ramah.
Radio is personal. Radio itu media yang bersifat pribadi. Karenanya, bicara di radio menggunakan gaya komunikasi antarpribadi, interpersonal communication, menghindari gaya bicara formal.
Bicara di radio termasuk Public Speaking. Hanya pendengarnya tidak tampak di depan mata, invisibel.
Lagi pula, audiens harus diasumsikan satu orang, hanya satu pendengar, dan dipandang sebagai teman baik sehingga gaya bicara kita pun akan akrab, hangat, dan ramah.
Maka,
saat berbicara di radio, seperti halnya penyiar (announcer), gunakan gaya
bahasa obrolan, layaknya ngobrol dengan teman dekat dalam keseharian.
Kiat berikut ini membantu kita untuk menjadi pembicara yang baik di radio, sebagaimana dilakukan Presiden Amerika Serikat, Franklin D. Roosevelt (FDR), dalam sebuah siaran radionya yang terkenal dengan “Fireside Chats”.
Gaya bicara atau kampanye radio Roosevelt dipandang sangat baik dan efektif. Tekniknya lalu diteliti oleh sekretarisnya, Frances Perkins.
Menurut Susan Berkeley yang menyajikan teknik ini dalam artikelnya, “How to Get Any Audience to Love and Admire You”, meskipun ini teknik khusus untuk berbicara di radio atau televisi –yang disebutnya Six Lessons Learned from FDR’s Fireside Chats– tapi dapat digunakan saat berbicara di mana saja –di depan audience, di telepon, atau tatap muka.
1.
FDR memvisualkan atau
memperlakukan pendengar sebagai pribadi-pribadi, tidak pernah sebagai
sekumpulan orang banyak (as individuals, never as a mass of people). Ia
membayangkan bahwa hanya satu orang yang menjadi pendengarnya, sebagai teman
bicara dan teman baik.
2.
FDR memvisualkan pendengarnya sebagai
teman yang bersamanya di meja makan malam (the dinner table). Meja makan
malam merupakan tempat menciptakan suasana santai dan akrab untuk berbicara.
3.
FDR menyadari wajah dan tangan
pendengar, juga pakaian dan rumahnya. Kian spesifik berpikir tentang pendengar,
akan makin baik kontak Anda dengan mereka. The more spesific you are about
your listener, the more you will connect.
4.
Ekspresi suara dan wajah FDR ketika
berbicara merupakan ekspresi seorang teman akrab (an intimate friend).
Nada suara Anda sangat berhubungan dengan ekspresi wajah. Senyum akan
menghangatkan suara Anda, membuatnya terdengar hangat dan inviting.
5.
Ketika berbicara, kepala FDR
mengangguk dan tangannya bergerak secara alamiah, gerakan tubuh yang sederhana
(simple gestures). Untuk menjadi komunikator yang powerful, Anda harus
menggunakan seluruh tubuh. Gerakan dan bahasa tubuh (body language)
menambah energi dan semangat bagi pembicaraan Anda.
6.
Wajah FDR penuh senyum dan ceria
layaknya duduk di depan teman di meja makan malam bersama kawan karib atau
teman kencan. Senyum adalah salah satu alat paling berpengaruh bagai pendengar
Anda meskipun mereka tidak melihat Anda. A smile is one of the most powerful
tools you have to create rapport with your listener, even when the can’t see
you! Maka, senyumlah ketika berbicara, bahkan ketika Anda tidak mau
melakukannya sekalipun.
Jangan gunakan gaya orator di panggung terbuka. Para ustadz yang berceramah di radio, juga demikian, gunakanlah gaya bicara FDR di atas. Jangan kayak lagi ceramah di podium atau di atas mimbar! Ingat, radio is conversational and personal! Wasalam.
Post a Comment
Comen