Sejauh kuingat nenek adalah wanita gigih pekerja keras, nenek adalah partner yang hebat bagi kakekku. Mereka bukan orang kaya bahkan bisa di bilang tak punya apa apa. Berkali kali mereka pindah mengelola lahan di Amuntai, Ampah, muara uya, batu mandi, jajangkit, palingkau, terakhir di Tamban. Di desa tamban mereka bertani, berkebun bahkan berdagang. Meski tak punya apa-apa tapi mereka berani bercita cita, berangkat haji bersama. Sen demi sen nenek kumpulkan tanpa kenal lelah apalagi menyerah demi menunaikan rukun Islam kelima. Kehidupan mereka begitu bersahaja jauh dari kata konsumtif, pakaian pun itu itu saja, robek sana tambal sini, nenek bahkan menjahit sendiri dengan jelujur tangannya setiap bajunya. Menurut mama , kakek dan nenek sangat jarang sakit hampir tak pernah kecuali menjelang ajalnya, mereka sangat menjaga makanannya. Berbahan alami, tanpa minyak tanpa gula.
Diantara semua cucunya yang tinggal dikota, aku lah yang
paling sering membantu dan menemani nenek. Yang paling kuingat nenek hobbynya
silaturahmi ke semua sanak saudara. Padahal dulu tahun 80 an alat transportasi
belum banyak, bahkan aku ingat kami lebih sering jalan kaki dari pelambuan ke
Belitung. Rumah mama dipelambuan sementara keluarga nenek ada di Kuin dan ada
di Belitung. Dan nenek mengunjungi mereka dengan berjalan kaki dan hanya aku
lah cucu satu satunya yang mau menemani nenek, sedangkan cucu yang lain tidak
ada yang mau diajak jalan oleh nenek. Aku juga sangat hafal setiap mengunjungi
keluarga , nenek selalu membawa buah tangan tak pernah dengan tangan kosong
kata nenek biarpun hanya sesisir pisang sebagai tamu yang baik kita harus
membawa buah tangan.biasanya kerabat yang kami kunjungi pun gembira karena
nenek membawa banyak buah tangan , beras, sayuran, buah buahan, bahkan ikan.
Itulah nasehat yang selalu nenek ulang ulang.
Bahkan keluarga jauh di Banjarbaru, Martapura sampai hulu
sungai tak pernah absen nenek kunjungi , nah kalau perjalanan jauh terpaksa
naik taksi.di perjalanan ini ada lagi yang kuingat tentang adab nenek, meski
nenek tidak punya banyak uang tapi apabila beliau satu taksi dengan orang yang
lebih tua maka pasti nenek akan membayarkan ongkos taksi orang tersebut
meskipun nenek tidak mengenalnya, begitu juga ketika minum teh diwarung ketika
ada yang lebih tua juga minum disana pasti nenek yang mentraktir padahal nenek
tidak mengenal orang tersebut , pasti begitu dan selalu begitu. Kadang aku juga
protes karena nenek dengan mudahnya mentraktir orang lain yang lebih tua dari
beliau sementara setiap aku minta jajan terkadang nenek suka menahan nahan
dengan alasan uangnya tidak ada. Nenek dan kakek memang selalu kompak dalam
urusan berbagi pada orang lain , kalau kakek memberi uang pada orang lain
nenek tidak bertanya apalagi protes begitu pula sebaliknya kalau nenek memberi
orang lain kakek tidak menegur atau melarang, dulu selain bertani kakek dan
nenek juga membuka warung minum, nenek yang membuat kuenya kakek yang membuat
minuman untuk pelanggan. Bila ada pelanggan yang meminta teh atau kopi dengan
porsi "separo" maka pasti akan digratiskan oleh kakek dan nenek jadi
jika ingin minum gratis di warung kakek nenek passwordnya gampang tinggal
bilang"teh separo atau kopi separo". Kata mama zaman dulu kehidupan
orang banyak yang susah dan banyak yang tidak mampu bahkan hanya untuk membeli sekilo
gula, diwarung kakek nenek juga selalu menyediakan setandan pisang masak hasil
kebun ,gratis siapa saja boleh memakannya sebagai teman minum teh atau kopi
jika ada yang tidak mampu membeli kue nenek.
Adalagi
yang paling kuingat tentang nenek adalah selama di perjalanan nenek selalu
menyiapkan uang untuk diberikan pada “orang bapintaan gasan masjid atau langgar”
di tengah jalan. Jika selama perjalanan ada 10 titik “orang bapintaan gasan masjid
atau langgar” maka semuanya akan nenek beri. Dan kebiasaan ini diturunkan
kepada anak-anaknya bahkan cucu-cucunya, kata nenek sedekah akan menghindarkan
kita dari mara bahaya. aku pun begitu karena sudah kebiasaan setiap mau
melakukan perjalanan maka akan menyiapkan uang ditangan untuk di lempar ketika
bertemu “orang bapintaan gasan masjid atau langgar” di tengah jalan. Setiap kali
melihat ada “orang bapintaan gasan masjid atau langgar” ditengah jalan maka aku
akan teringat dengan sosok nenekku. Yang kuingat nenek adalah wanita yang
cantik, kulitnya kuning langsat, rambutnya tebal dan hitam. Beberapa diantara
kami ada yang beruntung mewarisi warna kulit nenek, termasuk adikku.sedangkan
aku hitam (heeee)
Sepanjang hidupnya
nenek adalah istri yang patuh dan berbhakti pada kakek. Tak pernah
sekalipun aku melihat nenek membantah kakek. Nenek juga bukan tipe pengeluh,
yang kulihat nenek adalah wanita kuat yang gigih. Nenek sangat jarang sakit ,
selalu bugar kecuali menjelang kematian nya beliau mengalami diare selama 2
hari. Dihari beliau berpulang, nenek berucap kepada kakek "abahmu, aku
minta ridha dunia akhirat lah wan pian. Ampuni ulun atas semua salah selama
ulun melayani Pian" mendengar itu kakek tersenyum pada nenek "Aku
ridha dunia akhirat wan Umamu" dan nenek pun menutup mata dengan tenang,
dalam genggaman tangan kakek.
Sehari setelah kepergian nenek, kakek sibuk kesana kemari
mengurus urusan nenek kalau- kalau nenek masih ada tanggungan hutang, kalau
kalau nenek masih ada janji yang belum ditepati. Alhamdulillah ternyata semua
terselesaikan, aku lihat kakek sendiri yang mendatangi sanak saudara dan
kerabat dekat rumah. Aku bingung kakek tidak nampak sedih, seperti biasa saja.
Hingga malam itu dihari kedua setelah kematian nenek, tak terdengar suara
langkah kakek yang membuka jendela , biasa jam 3 malam kakek sudah sibuk
membuka jendela dan membangunkan semua orang yang ada di rumah, malam itu
sepi.aku bahkan terlarut dalam mimpi, ternyata kakek telah pergi selamanya
menyusul nenek, isterinya tercinta. Tak ada kata kata pujangga, tak ada ratapan
tangisan meraja pada kepergian kekasihnya,, tapi sungguh kakek benar benar
setia pada istrinya. Kakek berpulang tanpa ada tanda-tanda , tanpa sakit apapun
meski sudah tua. Sehidup semati , semoga sesurga kakek nenek (Aamiin)
Alfatihah untuk nenek Hj. Arbayah binti Amir
Post a Comment
Comen