Kalau biasanya aku sering mendengar serunya kakak adik sering bertengkar bahkan karena hal sepele. Tapi tidak dengan kami, aku dan kakakku tidak pernah bertengkar sekalipun, iya sekalipun tidak pernah. Selain berbeda jenis kelamin kakakku laki-laki sedang aku perempuan, kami juga memiliki karakter yang berbeda , 180° perbedaannya, kakakku pendiam aku tidak bisa diam, aku pemarah kakakku tidak bisa marah, aku pemberontak kakakku selalu pasrah. Aku selalu ingin menang, kakakku suka mengalah, lebih memilih mengalah selalu mengalah. Dulu, ketika kami masih anak-anak, kakakku lebih banyak menghabiskan waktunya dirumah sedangkan aku jarang ada dirumah. Kakakku tidak pernah bikin masalah justru dariku lah mama sering mendapat masalah karena pengaduan tetangga setelah anaknya menangis kalah berkelahi denganku.
Tahun 1993 kakakku lulus SMP dan aku lulus SD, Mama berujar bahwa aku tidak usah melanjutkan pendidikan lagi ke SMP cukup lulus SD saja alasannya karena aku perempuan, tinggal diam dirumah , besarkan badan.. kalau ada yang mau , dikawinkan. Mama hanya akan mampu melanjutkan sekolah Kakak karena kakakku laki-laki, perlu ijazah untuk mencari pekerjaan. Tetapi bukan "alai" namanya kalau tidak membangkang meski tidak didukung mama , aku tetap mendaftar sendirian ke SMP yang terdekat dari rumah. Aku berangkat sendirian , bawa berkas sendirian, mengisi formulir sendirian, ku tandatangani sendiri. Berbeda dengan kakakku, sampai waktu pendaftaran SMA hampir berakhir aku tidak melihat kakak mendaftar ke SMA manapun. Akhirnya aku menyiapkan berkas kakakku, mencetak pas fotonya, lalu nekat mendaftarkan kakakku ke salah satu SMA. Dengan semangat 45 aku mengayuh sepeda dari Pelambuan ke Belitung tempat SMA yang kutuju. Disana semua banyak mata yang terheran heran melihatku , bahkan petugasnya sempat bingung ketika aku meminta formulir pendaftaran, ku ceritakan bahwa formulir nya bukan untukku tapi kakakku, sebelum mendapatkan formulir nya aku harus menjawab banyak pertanyaan dari panitia, diantaranya dimana kakakku, kenapa aku yg pergi mengambil formulir dimana mama abahku, dll. Tapi hari itu aku berhasil mendaftarkan kakakku dan hingga hari ini itu menjadi kebanggaan dan kebahagiaanku.
Aku pulang kerumah dengan berjuta asa, tak sabar ingin menceritakan keberhasilanku hari ini pada kakakku, setibanya di rumah aku lihat kakakku sepertinya akan pergi karena dipunggungnya ada tas ransel, didekatnya juga ada ijay kawan kakakku, dan ijay juga membawa ransel. Aku berlari mendekati kakakku
"Kak, ini bukti pendaftaran masuk SMA kakak"
Aku lihat bulir airmata di pipi kakakku
Aku tidak pernah melihat kakakku menangis, tapi kenapa hari ini dia menangis
Kulihat Abah pun menyeka air matanya
Ada apa ini
Tidak ada yang bersuara, hingga akhirnya mama yang bersuara
"Ikam tu pang keras hati handak sakulah, sudah tahu kuitan sakit, gasan makan gin kada tapi kawa.ikam tatap handak sakulah jadinya kakak ikam bakalah, inya ampih sakulah mancari gawian haja. Baapa jua sakulah , babinian tu iya ka dapur jua" kaina"
Lalu ku tarik ransel kakakku "kakak jangan tulak, kakak sakulah haja. Ayuja ulun badiam dirumah haja kada sakulah"
"Jangan ding, ikam pintar sayang amun kada sakulah, bujur bujur sakulah ding lah.mudahan ikam Bauntung"
Kemudian kakak pun pergi bersama ijay kawannya.
Hari itu aku menangis lama, banyak hal yang tak kumengerti, kenapa aku dan kakakku tidak bisa sekolah bersama sama, kenapa harus ada yang mengalah,
Kakakku
Sampai hari ini aku masih ingat momen itu
Aku masih ingat bagaimana kakakku melangkah dengan ranselnya
Aku masih ingat baju yang dipakainya
Aku masih ingat sandal lusuh yang dipakainya
Kakak ku masih sangat muda, remaja belia
Post a Comment
Comen