Sudah beberapa hari ini kakak keluar malam, subuh baru pulang kerumah. Kata umma kakak ikut Uwak Anang menjaga durian jatuh dikebun karena sekarang lagi musim durian, durian yang jatuh pada tengah malam biasanya harus cepat diambil sebelum dimakan beruang madu. Meski harus adu cepat dengan beruang madu tapi kakak senang melakukannya karena Uwak Anang memberi upah pada kakak ditambah lagi bonus dari Uwak Anang buah durian untuk kakak bawa pulang, Umma tak mampu membeli durian yang harganya termasuk mahal beruntung kakak dapat gratisan dari Uwak Anang sehingga kami sekeluarga bisa merasakan lezatnya buah durian.
Beberapa hari membantu Uwak Anang kakak berhasil mengumpulkan sedikit uang,
dengan uangnya kakak membelikan umma baju daster , membelikan Abah sarung ,
memberikanku sandal "gabin" yang lagi ngetrend saat itu. Aku
kegirangan tak terkira karena kala itu semua anak perempuan memakai sandal"
gabin" Bagian bawah sandal itu tinggi 5 cm dengan lapisan warna warni
mirip kue lapis. Dan yang tak kalah membuatku gembira, kakak memenuhi janjinya
membelikanku Coca cola, tidak hanya sebotol tapi sekeranjang.Kata kakak
sekeranjang Coca cola itu semuanya untukku, iya untukku saja, kakak tidak
minta, Umma tidak minta, Abah juga tidak minta. Huhuyyy aku senang aku senang
aku senang....Saking senangnya tiap hari aku jalan didepan rumah Julak sambil
menenteng sebotol Coca cola
Kalau Julak belum melihatku lewat maka aku balik lagi didepan rumah Julak
sampai Julak melihatku, tak ada rasa lelah pun bolak balik begitu yang ada
hanya bahagia
Hari ini aku dan kakak pulang sekolah lebih awal karena ada rapat dewan
guru, senang rasanya bisa pulang berbarengan dengan kakak.
"Kak , tebak hari ini umma masak apa buat kita"
"Telur dadar pakai kelapa"
"Semoga hari ini umma masak ampal udang, tadi pagi aku bilang sama
Umma mau minta ampal udang"
" Aamiin, tapi apapun yang Umma masak kita harus memakannya dengan
suka cita itu rezeki kita"
Dalam perjalanan pulang , Mbah Narti memanggil kami, sepertinya Mbah memang
sengaja menunggu kami
"Ambak, alay, ayu sini mampir ke rumah Mbah"
"Ada apa Mbah?" Tanya kakak
"Kalian berdua makan siang sama Mbah, Umma kalian sedang tidak ada
dirumah tadi terburu buru pergi"
"Ada apa dengan Umma?"
"Mbah kurang tahu nduk, ayo masuk dulu Mbah sudah siapkan
makanannya"
"Tidak usah Mbah, jangan repot repot. Ambak bisa masak sendiri
dirumah" sahut kakak, mencoba menolak tawaran Mbah
"Jangan le, tadi Mbah sudah janji sama Ummamu bakal mengurus makan
siang kalian. Mbah tidak mau mengecewakan Ummamu. Lagian Mbah memang suka kalau
Ambak sama alay makan dirumah Mbah. Ayo buruan, dari tadi Teguh juga sudah
menunggu kalian"
"Baik Mbah"
Kamipun menurut saja apa kata Mbah, dan benar saja ternyata Mbah sudah
menyiapkan makanan , disana juga sudah ada mas Teguh menunggu kami. Kulihat
dimeja makan sudah tersaji sepiring ayam goreng, sayur lodeh nangka, ampal
jagung
"Silahkan diambil ayamnya ambak!" Mbah Narti mengangkat piring
ayam goreng dan menyajikan kedepan kakak, kulihat ada paha ayam yang montok
semoga saja kakak tidak mengambilnya karena aku mau paha ayam itu (Aduuh Mbah
Narti kenapa kakak duluan yang disuruh mengambil ayam goreng kenapa bukan aku
duluan ). Kemudian kakak mengambil potongan dada ayam goreng ( Iyesss kakak
tidak mengambil paha)
" Sekarang giliran alay, ayoo ambil ayam yang alay mau" kata
Mbah.
Seketika tanganku ingin mengambil paha ayam itu, tapi keinginan ku terhenti
sejenak karena aku ingat mas Teguh belum mengambil ayamnya, jangan jangan mas
Teguh mau paha ayamnya dan kulihat paha ayamnya cuma 1 kalau kuambil paha itu
maka mas Teguh tidak kebagian paha ayam akhirnya kuurungkan niatku mengambil
paha ayam dan kupilih bagian sayap ayam saja meski aku sangat ingin. Tiba-tiba
mas Teguh beranjak dari duduknya dan mengambil paha ayam yang kemudian
meletakkannya dipiringku
"Pahanya buat alay, mas tahu kamu paling suka bagian pahanya" Mas
Teguh tersenyum dengan sangat manis.
Ah so sweet, dia memang selalu jadi Malaikatku yang selalu tahu
keinginanku. Aku juga ingat dulu di pesta perkawinan Mbakyu Wulan, aku berdiri
sangat lama disamping pelaminan yang ada janur buahnya isinya ada anggur, apel,
nanas, jeruk, pisang, salak, jambu dan buah-buahan lainnya. Aku menatap dengan
seksama janur buah didepanku, dalam hatiku ini kalau hilang 1 buahnya ketahuan
ngga ya diantara semua
buah-buahan dijanur itu aku sangat menginginkan buah anggur maklum Umma tidak
pernah membelikanku buah anggur karena sangat mahal harganya. Semakin ku tatap
anggurnya semakin menggoda warnanya sangat cantik ada merah ada ungu kehitaman
dan ada yang hijau, aku terhipnotis hingga kakiku tak mampu beranjak dari janur
buah itu, ditelingaku seakan-akan anggur itu bersuara "ambil aku, ambil
aku" tiba tiba ada seseorang menepuk pundakku
"Mau yang mana buahnya" Mas Teguh ternyata yang datang
"Mmmmmm mau anggur"sahutku malu malu
Mas Teguh kemudian mengambil 6 biji anggur, 2 merah, 2 ungu kehitaman dan 2
hijau.
Aku kegirangan " Makasih mas"
"Mau buah apa lagi?"
" Boleh lagi mas?" Aku tak percaya
"Boleh, mau apa?"
"Apel , 2 biji ya Mas( seperti biasanya aku kalau dikasih hati suka
minta jantung) 1 buatku, 1 buat
kakak
" Nanti mas kasih 4, 3 buat alay 1 buat ambak. Tapi nanti ya kalau
resepsinya sudah selesai kalau diambil sekarang apelnya ketahuan bolong di
janur buahnya"
"Makasih mas Teguh, mas Teguh memang baik, mas Teguh selalu baik, mas
Teguh paling baik, mas Teguh yang terbaik" sorakku kegirangan
" Hedeuh ada maunya segitunya menyanjung mas"
" Beneran mas, mas itu kuanggap Malaikat ku" kupasang wajah
dengan senyuman semanis manisnya
( Kalau dilihat begini sepertinya aku memang punya bakat centil sejak dini)
Alhamdulillah
hari ini makan siang di rumah Mbah Narti terasa sangat lezat bagiku, dari semua
masakan Mbah Narti hanya 1 yang aku tidak bisa memakannya yaitu urap kenikir
dan urap beluntas terasa aneh dan asing bagiku kata umma itu masakan khas orang
Jawa kalau kita orang Banjar memang jarang yang bisa memakan kenikir atau
beluntas
"Assalamualaikum"
terdengar suara Umma mengucapkan salam
Aku berlari
mengejar Umma
"Umma
dari mana" aku langsung mencecar Umma dengan pertanyaan
" Nanti
umma cerita, sekarang alay ikut umma ke rumah julak, umma ada keperluan dengan
julak. Oh iya ambak duluan saja pulang. Jangan kemana-mana tunggu Umma
dirumah"
"Iya
Umma"
"Ibuk,
terima kasih atas bantuannya menjaga ambak dan alay, terima kasih makan
siangnya.maaf merepotkan"
"Ahh
jangan sungkan gitu, Ibuk senang hati melakukannya." Mbah Narti tersenyum
seraya menepuk bahu Umma. Wajah Umma nampak lusuh , entah apa yang sedang
terjadi. Umma pun bergegas membawaku meninggalkan rumah Mbah Narti menuju rumah
Julak. Sesampainya di sana Umma langsung mendatangi julak bini
" Kak,
aku minta tolong bayar hutangmu.aku sangat membutuhkannya , tadi pagi saat
bekerja suamiku tiba-tiba tak sadarkan diri sekarang belum siuman masih diruang
ICU" (aku terkejut mendengarnya ternyata kepergian umma terburu-buru pagi
tadi karena Abah jatuh sakit)
"Hutang
yang mana, apa maksudnya" Julak bini terkejut
"Gelang
emasku yang dulu kau pinjam untuk membangun rumah kontrakanmu, sudah puluhan
tahun belum kau kembalikan kak"
" Aku
sedang tidak pegang uang, kau minta sana sama lakiku"
"Sebelum
kesini aku sudah ke toko kakak laki ( sebutan Umma pada julak laki) kata kakak
laki , dia tidak pernah merasa berhutang gelang padaku, aku disuruh menagih
pada siapa yang berhutang. Karena kakak yang dulu meminjamnya maka aku
menagihnya pada kakak"
" Sudah
kubilang aku sedang tidak pegang uang, lagian gelang itu juga hasil warisan
Abah mama bukan uangmu. Kenapa tidak pergi saja kekeluarga suamimu minta uang
kesana kenapa malah kesini. Sudah tahu kami lagi membangun toko baru, uangnya
habis buat beli bahan bangunan." Julak bini memarahi Umma
" Aku
kesini bukan minta kak, aku mengambil hak ku. Gelang itu aku beli bukan hanya
dengan uang warisan tapi ada juga uang tabungan suamiku. Puluhan tahun tak
pernah kakak bayar, aku diam, suamiku diam. Kalau tidak kepepet aku tidak akan
menagih "akhirnya pecah tangis Umma
" Kalau
kubilang tidak ada uang, berarti tidak ada,, terserah kamu mau apa. Kalau cuma
mau uang tidak usah kesini , menyusahkan saja"
Umma menyapu
airmatanya dan berdiri
" Kamu
keterlaluan kak, kepada keluargamu sendiri kamu pelit dan perhitungan padahal
bagi warga desamu, kalian terkenal dermawan dan suka menolong. Suamimu selalu
royal pada keluarganya terutama keponakannya , dibiayai sekolahnya, dicarikan
pekerjaan bahkan dibangunkan rumah sementara kamu sebotol Coca cola pun tak kau
beri pada keponakanmu yang kehausan. Suamimu bahkan masih memberi nafkah pada
adik-adiknya rutin tiap bulan. Sementara kamu, aku meminta hak ku kembali,
gelangku sendiri malah kau perlakukan kasar kau usir" Umma menarikku
keluar dari rumah Julak, sementara dari kejauhan masih terdengar sumpah serapah
julak bini pada kami. Dan Umma terus berlalu tak menghiraukan teriakan julak
bini
"Warisan
terkadang bisa menjadi pedang tajam pemutus silaturahmi"
Baru aku tahu ternyata rumah
kontrakan julak dibuat dengan uang Umma dan sudah puluhan tahun belum julak
kembalikan kepada Umma. Miris, Umma sendiri tidak punya rumah dan harus pindah
dari satu kontrakan ke kontrakan yang lain
Karena tak berhasil menagih hutang pada julak, Umma bergegas pulang.
Setibanya dirumah Umma langsung membungkus TV hitam putih 14" merk Nelson
milik kami, TV itu satu-satunya barang berharga yang bisa dijadikan uang
Saat Umma membawa TV tersebut, Umma bertemu dengan kak Nora dan suaminya (
mereka tetangga yang tinggal dikamar sebelah kontrakan kami )
"Mau kemana cil, terburu-buru"
"Mau menjual TV ini, buat biaya RS abahnya ambak"
"Ya Tuhan, kapan paman masuk cil, sakit apa cil"
"Tiba-tiba jatuh, sekarang masih tak sadarkan diri"
"Jangan dijual TV nya cil, kasihan ambak dan alay itu hiburan mereka,
ini cil pakai uang kami dulu, kebetulan Abang sudah gajian, dan kami sudah
selesai berbelanja untuk keperluan sebulan, beras kami masih banyak, stok ikan
asin kami juga masih melimpah. Pakai saja cil, Pian lebih memerlukan dari
kami"
Sebenarnya Umma sdh berusaha keras menolak bantuan mereka, tapi mereka
terus meyakinkan Umma akhirnya Umma mau menerima. Alasannya mereka menganggap
Umma sebagai keluarga mereka diperantauan, dulu ketika pertama kali pindah di
kontrakan mereka tidak membawa apa-apa hanya sekarung beras dan ikan asin. Umma
memberi mereka tungku untuk memasak, piring, gelas, panci, wajan, ember, bahkan
kelambu untuk mereka. Umma kasihan dengan mereka, makanya Umma berusaha
membantu semampunya. Umma mengajak kak Nora mencari kayu bakar untuk memasak,
mencari sayur genjer, kangkung sungai, dan kelakai.
Karena sudah mendapat uang dari kak Nora, Umma segera bergegas menyiapkan
keperluan untuk Abah di RS , Umma juga mengajak kami ke RS, Umma ragu kalau
meninggalkan kami di rumah, daripada hati tidak tenang lebih baik Umma ajak
saja aku dan kakak.
Tangan kanan Umma memegang ambak, tangan kiri Umma memegang tanganku, Umma
menarik kami dengan langkah kaki yang sangat cepat, Umma khawatir dengan Abah
di RS, dan Umma tidak enak kalau terlalu lama meninggalkan Abah, tadi Umma
titipkan Abah dengan kawan kerja Abah "Uwak ancau" yang ikut
mengantar Abah ke RS
Tiba-tiba kami dicegat Mbah Narti
"Anak-anak mau dibawa ke RS juga ya nduk"
"Iya bu, saya tidak tenang meninggalkan mereka dirumah takut
kenapa-kenapa"
"Titipkan aku saja nduk, dirumah banyak kamar kosong, lagian aku hanya
berdua dengan Teguh."
"Jangan Bu, aku sudah banyak merepotkan"
"Jangan gitu nduk. Kamu sudah kuanggap keluarga. Lagian kurang ringkas
kalau ngurus suami sakit sambil bawa anak. Jangan ditolak tawaran ibu, nanti
ibu sedih"_
"Baiklah bu, aku titip anak-anak, maaf sering merepotkan ibu. Hanya
Allah yang mampu membalas kebaikan ibu"
"Oh iya nduk, bawa ini rantang makanan tadi sudah ibu siapkan. Ibu
yakin kamu belum ada makan apa-apa dari pagi karena sibuk kesana kemari, makan
ya nduk, kamu harus kuat, harus makan harus pandai cari waktu istirahat, karena
menjaga orang sakit , jangan sampai nanti kamu ikut ikutan sakit kalau lalai
terhadap dirimu"_
"Ya Bu. Makasih"
Dengan menangis karena terharu atas perhatian Mbah Narti Umma pun berlalu
meninggalkan kami menuju RS
Umma sudah pergi, tinggal aku yang gelisah karena dititipkan dengan Mbah
Narti. Rumah Mbah Narti memang sangat besar, banyak kamarnya karena Mbah
anaknya 13, tapi semuanya sudah berkeluarga kecuali mas Teguh yang masih kecil.
Ambak akan tidur sekamar dengan mas Teguh, sementara aku ditawarkan mau dikamar
sendiri atau sekamar dengan Mbah. Aku bingung, aku berbisik pada ambak, aku mau
pulang saja,aku tidak mau sekamar dengan Mbah. Bukan apa-apa, aku takut ngompol
dikasur. Meski sudah SD tapi aku masih sering ngompol dikasur. Ambak paham
maksudku, tapi ambak bingung bagaimana caranya menyampaikan pada Mbah karena
kalau kami ijin pulang tidur dirumah pasti tidak dapat ijin Mbah Narti.
Mbah Narti bingung melihat tingkah kami berdua, melihat aku yang
berulang-ulang mencubit lengan Ambak. Mas Teguh tersenyum kemudian berbisik
pelan kepada Mbah Narti dan Mbah Narti pun ikut tersenyum
Apa ini
Apa yang dikatakan mas Teguh yang membuat Mbah Narti tersenyum
Aku jadi kikuk
Jangan-jangan mas Teguh tahu kalau aku masih suka ngompol dikasur.
Oh no
Mbah Narti mengajakku ke sebuah kamar
" Alay tidur disini, kasurnya sudah Mbah lapis dengan perlak plastik
jadi aman"
Tuh kan benar dugaanku, mas Teguh tahu aku masih ngompol dikasur, makanya
tadi Mbah Narti tersenyum. Pasti Ambak ini yang memberi tahu kepada mas Teguh.
Aduuh malunya aku, aku langsung mau nangis, wajahku memerah. Aku berlari
kekamar mas Teguh mencari Ambak, aku mau marah dengan Ambak
"Kakak, aku mau pulang saja, aku tidak mau tidur disini" kataku
pada Ambak sambil sesenggukan menangis.
"Kenapa, lay"Ambak menghampiriku
"Aku malu, kenapa kakak memberi tahu mas Teguh kalau aku masih ngompol
dikasur"
"Bukan aku lay, aku tidak pernah memberi tahu pada Teguh"
"Pokoknya pulang, aku tidak mau tidur disini.
Pulang, pulang,pulang"aku berteriak histeris
"
"Memang bukan Ambak yang memberi tahu mas (mas Teguh datang kekamarnya
, mungkin mas Teguh mendengar teriakkanku), mas tahu kamu masih ngompol karena
tak sengaja mas melihat Umma sering menjemur kasur dipagi hari, pas ada yang
bertanya kenapa sering menjemur kasur, Umma jawab karena alay masih ngompol
dikasur. Makanya alay jangan ngompol lagi biar ngga malu ,kan sudah besar
kasihan Umma harus sering jemur kasur gara-gara alay."
"Kakak ayoo pulang" aku masih menangis dan membujuk Ambak untuk
pulang
" Hmmm alay marah ya sama mas, maafin mas ya lay. Jangan pulang,
kasihan ibu yang sdh berjanji pada Umma untuk menjaga kalian. Alay yang pintar
disini, doakan Abah lekas sembuh biar alay bisa pulang kumpul lagi dengan Abah
Umma. Maaf, maaf,jangan marah lagi ya lay. Kalau alay mau memaafkan mas ,besok
alay mas traktir cilok. Alay boleh minta sebanyak-banyaknya"
Aahhhh mas Teguh memang Arjuna yang mempesona, tak kuasa aku menolak
permintaan maaf nya
Akhirnya aku luluh dan mau mendengarkan mas Teguh, aku berhenti minta
pulang dan kembali ke kamar yang sudah disiapkan Mbah Narti.
Malam mulai larut, aku bersiap-siap tidur sebelumnya aku juga sudah BAK ke
toilet. Aku berharap semoga malam ini aku tidak ngompol dikasur. Berjam jam aku
membaringkan diri tapi ketakutan ngompol membuatku tidak bisa memejamkan mata
sampai kudengar denting jam dinding, ku hitung bunyinya 12 kali. Ternyata sudah
tengah malam, aku mau ke toilet lagi tapi karena rumah Mbah Narti sangat besar
membuatku merasa sedikit takut, aku ingin minta temani Ambak tapi sepertinya
Ambak sudah tidur. Aku gelisah tak karuan, akhirnya kuberanikan diri keluar
kamar menuju toilet yang letaknya jauh diujung dapur. Baru beberapa kali
melangkah, ketakutanku makin menjadi menatap lorong menuju dapur, akhirnya aku
balik arah lalu tiba-tiba
"Mau kemana lay"
"Eh, mas Teguh. Aku mau ke toilet tapi takut"
" Ayo mas temani ke toilet, alay tidak usah takut, nanti mas tunggu
diluar"
Akhirnya aku berani ke toilet, mas Teguh benar-benar setia menunggu diluar
membuatku tenang bisa BAK tanpa takut sampai selesai
"Kamu di rumah ngompol karena takut ke toilet ya lay"
"Iya mas, rumah kontrakan kami kan toilet nya diluar, agak jauh jalan
nya, gelap, kadang ada suara-suara krik krik atau yang paling aku takutkan itu
suara yang bunyinya"aauuuu, ,auuuuuuu". Kalau mas Teguh enak toilet
nya ada didalam rumah, terang lagi ada lampunya"
"Alay boleh kok tinggal disini selama alay mau, ibu pasti senang"
"Waah makasih ya mas, segitu baiknya dengan aku"
Hedeuh alay, alay, dasar plin plan baru saja teriak histeris nangis-nangis
minta pulang, ehhh ditawarin boleh tinggal lebih lama malah kegirangan
Post a Comment
Comen